Tuesday, January 12, 2016

Tradisi dan Upacara Adat Suku Sakai


MAKALAH
ILMU SOSIAL DASAR
“TRADISI DAN UPACARA ADAT – SUKU SAKAI”






Disusun oleh:
Faradilla Mahardi (52415471)



KELAS 1IA03
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
PTA 2015/2016





DAFTAR ISI


BAB I         PENDAHULUAN                                                                                             
A. LATAR BELAKANG…………………………………………1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………1
C. TUJUAN……………………………………………………….1
BAB II        PEMBAHASAN
                    A. SEJARAH SUKU SAKAI……………………………………..2
                   B. MATAPENCAHARIAN……………………………………....3
BAB III       TRADISI SUKU SAKAI
A. UPACARA ADAT…………………………………………….4
B. KEHIDUPAN MASYARAKAT………………………………4
BAB IV      PENUTUP
                   KESIMPULAN…………………………………………………...6                                                                                                  
DAFTAR PUSTAKA















BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Suku Sakai merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang hidup di pedalaman Riau, Sumatera. Suku Sakai merupakan keturunan Minangkabau yang melakukan migrasi ke tepi Sungai Gasib, di hulu Sungai Rokan, pedalaman Riau pada abad ke-14. Seperti halnya Suku Ocu (penduduk asli Kabupaten Kampar), Orang Kuantan, dan Orang Indragiri, Suku Sakai merupakan kelompak masyarakat dari Pagaruyung yang bermigrasi ke daratan Riau berabad-abad lalu. Sebagian besar masyarakat Sakai hidup dari bertani dan berladang. Tidak ada data pasti mengenai jumlah orang Sakai. Data kependudukan yang dikeluarkan oleh Departemen Sosial RI menyatakan bahwa jumlah orang Sakai di Kabupaten Bengkalis sebanyak 4.995 jiwa.
Suku Sakai selama ini sering dicirikan sebagai kelompok terasing yang hidup berpindah-pindah di hutan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, alam asri tempat mereka berlindung mulai punah. Kawasan yang tadinya hutan, berkembang menjadi daerah industri perminyakan, usaha kehutanan, perkebunan karet dan kelapa sawit, dan sentra ekonomi. Komposisi masyarakatnya pun menjadi lebih heterogen dengan pendatang baru dan pencari kerja dari berbagai kelompok masyarakat yang ada di Indonesia (Jawa, Minang, Batak, dsb). Akibatnya, masyarakat Sakai pun mulai kehilangan sumber penghidupan, sementara usaha atau kerja di bidang lain belum biasa mereka jalani.
Nama Sakai konon berasal dari huruf awal kata Sungai, Kampung, Anak, dan Ikan. Maknanya, mereka adalah anak-anak negeri yang hidup di sekitar sungai dan mencari penghidupan dari hasil kekayaan yang ada di sungai berupa ikan.
Jelas julukan ini diprotes oleh masyarakat suku Sakai yang sudah maju, karena hal tersebut berkonotasi pada hal yang tidak kuno dan bodoh, serta tidak mengikuti kemajuan jaman. Sedangkan kenyataannya kini, masyarakat Sakai sudah tidak lagi banyak yang masih melakukan tradisi hidup nomadennya, karena wilayah hutan yang semakin sempit di daerah Riau.

B. RUMUSAN MASALAH
          1. Bagaimanakah sejarah dari Suku Sakai?
            2. Apa matapencaharian masyarakat Suku Sakai?
            3. Seperti apakah tradisi Suku Sakai?
            4. Apa upacara adat Suku Sakai?
            5. Seperti apakah kehidupan masyarakatnya?

C. TUJUAN
            1. Mengetahui sejarah dari Suku Sakai
            2. Tahu matapencaharian masyarakat Suku Sakai
            3. Mengetahui dan memahami tradisi dari Suku Sakai
            4. Mengetahui tradisi yang ada di Suku Sakai
            5. Memahami kehidupan masyarakat Suku Sakai

1

BAB II
PEMBAHASAN




A. SEJARAH SUKU SAKAI

Ada yang berpendapat bahwa suku ini berasal dari keturunan Nabi Adam yang langsung hijrah dari tanah Arab, terdampar di Sungai Limau, dan hidup di Sungai Tunu. Namun, tidak ada sumber tertulis pasti tentang asal-usul sesungguhnya suku Sakai ini. Pendapat lain mengatakan bahwa Sakai merupakan percampuran antara orang-orang Wedoid dengan orang-orang Melayu Tua. Catatan sejarah mengatakan bahwa pada zaman dahulu penduduk asli yang menghuni Nusantara adalah orang-orang Wedoid dan Austroloid, kelompok ras yang memiliki postur tubuh kekar dan berkulit hitam. Mereka bertahan hidup dengan berburu dan berpindah-pindah tempat. Sampai suatu masa, kira-kira 2.500-1.500 tahun sebelum Masehi, datanglah kelompok ras baru yang disebut dengan orang-orang Melayu Tua atau Proto-Melayu.
Banyak cerita dan versi mengenai asal usul Suku Sakai, diantaranya sebagai berikut :
  Sakai merupakan percampuran antara orang-orang Wedoid dengan orang-orang Melayu Tua.
Catatan sejarah mengatakan bahwa pada zaman dahulu penduduk asli yang menghuni Nusantara adalah orang-orang Wedoid dan Austroloid, kelompok ras yang memiliki postur tubuh kekar dan berkulit hitam. Mereka bertahan hidup dengan berburu dan berpindah-pindah tempat. Sampai suatu masa, kira-kira 2.500-1.500 tahun sebelum Masehi, datanglah kelompok ras baru yang disebut dengan orang-orang Melayu Tua atau Proto-Melayu. Gelombang migrasi pertama ini kemudian disusul dengan gelombang migrasi yang kedua, yang terjadi sekitar 400-300 tahun sebelum Masehi. Kelompok ini lazim disebut sebagai orang-orang Melayu Muda atau Deutro-Melayu. Akibat penguasaan teknologi bertahan hidup yang lebih baik, orang-orang Melayu Muda ini berhasil mendesak kelompok Melayu Tua untuk menyingkir ke wilayah pedalaman. Di pedalaman, orang-orang Melayu Tua yang tersisih ini kemudian bertemu dengan orang-orang dari ras Wedoid dan Austroloid. Hasil kimpoi campur antara keduanya inilah yang kemudian melahirkan nenek moyang orang-orang Sakai.
-  Orang Sakai berasal dari Pagaruyung dan Batusangkar.



2



Menurut versi cerita ini, orang-orang Sakai dulunya adalah penduduk Negeri Pagaruyung yang melakukan migrasi ke kawasan rimba belantara di sebelah timur negeri tersebut. Waktu itu Negeri Pagarruyung sangat padat penduduknya. Untuk mengurangi kepadatan penduduk tersebut, sang raja yang berkuasa kemudian mengutus sekitar 190 orang kepercayaannya untuk menjajaki kemungkinan kawasan hutan di sebelah timur Pagarruyung itu sebagai tempat pemukiman baru. Setelah menyisir kawasan hutan, rombongan tersebut akhirnya sampai di tepi Sungai Mandau. Karena Sungai Mandau dianggap dapat menjadi sumber kehidupan di wilayah tersebut, maka mereka menyimpulkan bahwa kawasan sekitar sungai itu layak dijadikan sebagai pemukiman baru. Keturunan mereka inilah yang kemudian disebut sebagai orang-orang Sakai.

·           Sebutan Sakai sendiri berasal dari gabungan huruf dari kata-kata S-ungai, K-ampung, A-nak, I-kan.

Maknanya, mereka adalah anak-anak negri yang hidup di sekitar sungai dan mencari penghidupan dari hasil kekayaan yang ada di sungai berupa ikan. Hal tersebut mencerminkan pola-pola kehidupan mereka di kampung, di tepi-tepi hutan, di hulu-hulu anak sungai, yang banyak ikannya dan yang cukup airya untuk minum dan mandi. Sebutan Suku Sakai yang primitif,menyendiri, anak negri yang hidup di sekitar sungai dan mencari penghidupan dari hasil kekayaan yang ada di sungai berupa ikan, kini mulai diprotes oleh masyarakat suku Sakai yang sudah maju, karena hal tersebut berkonotasi pada hal yang tidak kuno dan bodoh, serta tidak mengikuti kemajuan jaman. Sedangkan kenyataannya kini, masyarakat Sakai sudah tidak lagi banyak yang masih melakukan tradisi hidup nomadennya, karena wilayah hutan yang semakin sempit di daerah Riau
B. MATAPENCAHARIAN
            Masyarakat suku sakai memiliki banyak bentuk mata pencaharian, hal ini dikarenakan system ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat suku sakai di pengaruhi kondisi daerah yang mereka tempati atau yang mereka huni. Oleh karena itu masyarakat suku sakai mempunyai banyak bentuk mata pencarian demi menghidupi keluarganya di antara banyak mata pencarian yang dilakukan masyarakat suku sakai antara lain adalah:.
1.      Berladang
2.       Menanam ubi manggalo
3.       Berburu dan Mencari Ikan di Sungai



3
BAB III
TRADISI SUKU SAKAI

A. UPACARA ADAT
            Dilingkungan masyarakat suku sakai masih ditemukan upacara yang berkaitan dengan daur hidup (Life cycle). Pelaksanaan upacara tersebut dilaksanakan secara turun temurun yang masih dipertahankan oleh masyarakat suku sakai. Adapun upacara tersebut antara lain:
1. Upacara kematian
2. Upacara kelahiran
3. Upacara pernikahan
4. Upacara penobatan batin (orang yang dituakan atau pemimpin suku) baru.
Selain upacara yang berkaitan dengan lingkungan hidup (ife cycle) ada juga upacara yang berkaitan dengan peristiwa alam diantaranya;
1. Upacara menanam padi
2. Upacara menyiang
3. Upacara sorang sirih
4. Upacara tolak bala.
Pada saat ini masyarakat suku sakai sudah mengalami perubahan sebagian sudah memeluk agama Islam dan memperoleh pendidikan mulai Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Masyarakat Suku sakai tidak hanya bekerja sebagai peramu tetapi sudah ada yang bekerja sebagai guru, pegawai negeri, pedagang, petani dan nelayan. Walaupun sudah mengalami perubahan dalam masyarakat sakai tetapi masih berkaitan dengan upacara daur hidup masih melekat dalam kehidupan mareka. Masyarakat berpandangan apabila tidak melaksanakan upacara tersebut akan mendapatkan musiah menurut kepercayaan mereka yaitu akan diganggu oleh makhluk-makhluk gaib yang dinamakan antu (hantu).

B. KEHIDUPAN MASYARAKAT
          Nenek moyang Suku Sakai diyakini berasal dari Pagaruyung, sebuah kerajaan Melayu yang pernah ada di Sumatera Barat. Dahulu, Suku Sakai memiliki pola kehidupan yang masih nomaden, berpindah-pindah dari satu kawasan ke kawasan lain. Pola kehidupan yang masih nomaden ini meninggalkan kekayaan budaya yang menarik. Hal tersebut terlihat dari benda peninggalan Suku Sakai yang dahulu digunakan untuk keperluan hidup mereka di pedalaman. Benda-benda ini terbuat dari bahan baku yang sumbernya seratus persen dari alam, dan memiliki fungsi yang masih sederhana dalam kehidupan sehari-hari mereka. Salah satu benda tradisional peninggalan Suku Sakai adalah timo. Timo merupakan wadah yang terbuat dari kulit kerbau yang sudah dikeringkan. Bagian sisi wadah diberi batas berbentuk lingkaran yang terbuat dari rotan lalu diberi tali yang juga terbuat dari rotan. Timo digunakan oleh masyarakat Suku Sakai sebagai wadah untuk menampung madu.



4
Kebudayaan Suku Sakai yang bercorak agraris juga ditandai dengan alat-alat yang berfungsi sebagai alat pertanian seperti gegalung galo. Alat yang terbuat dari bambu dan batang pepohonan ini berfungsi sebagai alat penjepit ubi manggalo untuk diambil sari patinya. Sebelumnya, ubi manggalo yang telah dikupas dikumpulkan di dalam wadah yang disebut tangguk.
Menariknya, Suku Sakai juga memproduksi pakaian yang bahannya seratus persen terbuat dari alam. Pakaian orang-orang suku ini dahulu ketika masih hidup dalam sistem nomaden terbuat dari kulit kayu. Pakaian inilah yang digunakan Suku Sakai untuk bertahan hidup selama berpindah-pindah tempat. Suku Sakai merupakan salah satu kekayaan kebudayaan yang dimiliki nusantara. Walaupun pola hidupnya masih nomaden dan tergantung dengan alam, namun masyarakat Suku Sakai mampu bertahan hidup dengan menciptakan alat-alat kebutuhan rumah tangga lewat pemanfaatan alam.
         


















5
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
            Suku Sakai adalah salah satu suku keturunan Minangkabau yang telah hidup di pedalaman Riau sejak Abad ke 14. Saat ini belum ada data yang pasti mengenai jumlah keseluruhan masyarakat suku Sakai, namun berdasarkan data kependudukan yang dihimpun oleh Departemen Sosial RI menyatakan bahwa jumlah orang Sakai yang saat ini mendiami Kabupaten Bengkalis sebanyak 4.995 jiwa. 
Sakai merupakan salah satu suku yang mendiami kawasan pedalaman Riau di Pulau Sumatera. Pola kehidupan yang masih nomaden ini meninggalkan kekayaan budaya yang menarik. Hal tersebut terlihat dari benda peninggalan Suku Sakai yang dahulu digunakan untuk keperluan hidup mereka di pedalaman. Walaupun pola hidupnya masih nomaden dan tergantung dengan alam, namun masyarakat Suku Sakai mampu bertahan hidup dengan menciptakan alat-alat kebutuhan rumah tangga lewat pemanfaatan alam.
Masyarakat suku sakai memiliki banyak sistem mata pencaharian yang hampir seluruhnya dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitarnya termasuk berladang, berburu, menangkap ikan dirawa-rawa, dan lain sebagainya. Pada saat ini masyarakat suku sakai sudah mengalami perubahan sebagian sudah memeluk agama Islam dan memperoleh pendidikan mulai Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Masyarakat Suku sakai tidak hanya bekerja sebagai peramu tetapi sudah ada yang bekerja sebagai guru, pegawai negeri, pedagang, petani dan nelayan.








 6

DAFTAR PUSTAKA

http://www.riaudailyphoto.com/2012/05/suku-sakai.html , diunduh pada 9 November 2015 pukul 20:12 WIB
http://www.psychologymania.com/2011/07/mengenal-suku-sakai-suku-pedalaman-di.html , diunduh pada 9 November 2015 pukul 20:21 WIB
https://edhoantro.wordpress.com/2014/04/14/suku-sakai-dalam-tujuh-unsur-kebudayaan/ , diunduh pada 10 November 2015 pukul 16:46 WIB
http://onlineallarticles.blogspot.co.id/2011/10/makalah-adat-istiadat-suku-sakai.html , diunduh pada 10 November 2015 pukul 16:55 WIB
http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/suku-sakai-hidup-harmonis-berdampingan-dengan-alam , diunduh pada 10 November 2015 pukul 17:04 WIB
 

No comments:

Post a Comment

Latest Post

Artikel Cloud Computing